Jumat, 11 Desember 2009

Gheorghe Hagi




Gheorghe Hagi adalah mantan pemain timnas Rumania. Ia memiliki keistimewaan dalam passing, long shot, dan dribel. Hagi juga dianggap sebagai salah satu gelandang serang terbaik era 80-90an. Pemain berjuluk 'Maradona dari Carpathian' ini bermain dalam tiga Piala Dunia(1990, 1994, 1998) dan tiga european football championship (1984, 1996,2000). Pemain yang pernah mencetak 35 gol dari 125 pertandingannya untuk timnas Rumania ini dinobatkan sebagai pemain Rumania terbaik abad ini. Namanya juga diabadikan sebagai nama sebuah stadion di kawasan Constanta, tempat dia dilahirkan.

Pada tahun 1999, rakyat Rumania terhenyak mendengar kabar bahwa legenda hidup mereka, Gheorghe Hagi, akan gantung sepatu dari lapangan hijau. Ini tidak boleh terjadi. Rumania sebentar lagi akan berlaga di Piala Eropa 2000 di Belanda dan Belgia. Dan, Rumania masih butuh pemain gaek berumur (waktu itu) 34 tahun tersebut.

Rakyat seluruh negeri pun bersatu. Mereka patungan duit guna membeli seekor kuda balap untuk dihadiahkan kepada Hagi. Rakyat Rumania bersatu-padu untuk memohon kepada Hagi agar tidak pensiun dulu. Hagi kemudian tak berkutik.

“Aku sempat menitikkan air mata kala itu. Harga kuda itu memang tak seberapa bagi saya. Tetapi perhatian mereka terhadap saya ternyata begitu tulus dan begitu besar,” ujar Hagi. Dia pun membatalkan niatnya untuk pensiun. Demi bangsa dan negara.

Bakat bermain bolanya sungguh luar biasa. Jika berlari, bola seperti lengket di kakinya. Pengatur permainan yang cerdas. Tendangan kaki kirinya pun bukan main dahsyatnya. Pada Piala Dunia 1994, dia mencetak gol ajaib ke gawang Kolombia dari jarak 36,5 meter. Fantastis. Salah satu gol terbaik Piala Dunia 1994. Tak heran jika dia dijuluki sebagai 'Maradona dari Charpathia'.

Di level klub, Hagi juga tak kalah bersinar. Dia pernah jadi bintang di klub-klub raksasa Eropa. Sebut saja Real Madrid, Barcelona atau Galatasaray. Trofi Eropa seperti Piala UEFA dan Super Eropa pun pernah disabetnya. Sayang, Hagi tak pernah sekali pun mendapat penghargaan pemain terbaik versi UEFA atau FIFA. “Aku tak pernah mendapatkannya karena aku orang Rumania,” ujar Hagi setengah menggerutu.

Hagi tak pernah menutup-nutupi latar belakangnya yang buram. “Aku ini anak petani dan tinggal dengan binatang-binatang ternak di rumah,” katanya. Lahir di Constanta (Rumania) pada 25 Februari 1965, Hagi tumbuh di keluarga miskin. Faktor ini secara langsung atau tidak ikut membangun watak Hagi menjadi seorang yang bertemperamen tinggi, malah cenderung liar dan keras.

Pernah suatu waktu, saat datang ke Belanda bersama Tim Rumania pada Juni 2000, Hagi mencaci-maki petugas bandara. Dia merasa petugas bandara tidak menghargai tim Rumania sebagai negara. Hampir saja dia memukul petugas yang dia anggap arogan tersebut.

Perilakunya di lapangan pun tak kalah bengalnya. Sebut saja kasus Rumania versus Italia di Piala Eropa 2000. Hagi terkena kartu merah karena dianggap men-takcling Antonio Conte. Sedangkan Hagi menganggap Conte melakukan diving. Lontaran caci-maki pun terumpat dari mulut Hagi kepada Vitor Manuel Melo Pereira, sang pengadil di lapangan hijau.

“Hagi seorang pemain hebat. Sesekali dia memang terlihat temperamental. Tapi ini hanya salah satu unsur yang membuatnya berbeda dengan legenda sepak bola lainnya,” kata Presiden FIFA, Sepp Blatter.

Meski emosional dan meledak-ledak, tapi tak ada rakyat Rumania yang menghujatnya. Maklum, mereka sadar betul itu semua dilakukan Hagi karena kecintaannya kepada negara. Hagi adalah patriot sejati dari sepak bola. “Aku akan melakukan apa pun untuk negaraku,” begitulah Hagi berprinsip.

Seperti juga Maradona, selain patriotis, jiwa kepemimpinan Hagi sangat tinggi. Bulent Korkmaz, teman satu timnya di Galatasaray berkata, “Galatasaray tak punya ketakutan akan apa pun selama ada Hagi di lapangan. Dia sangat kuat dan percaya diri. Hagi memang terlahir sebagai pemimpin.”

Berkat Hagi pula, Galatasaray sanggup untuk pertama kalinya merebut Piala UEFA 1999-00 dan Piala Super Eropa 2000. Namanya dicatat sebagai salah satu legenda hidup klub asal Turki tersebut.

Pada 2001, Hagi mengumumkan mundur dari sepak bola secara resmi. Kali ini tak ada kompromi untuk kembali main lagi. Rakyat Rumania terharu biru. Mereka juga sudah tak menahan Hagi agar mengurungkan niatnya, seperti pada tahun 1999. Hagi yang makin menua sudah bulad tekadnya. Rumania pun memberikan kado pertandingan perpisahan untuknya di Stadion Lia Manoliu, Bucharest, yang dihadiri 60 ribu penonton.

Setelah pensiun, Hagi memutuskan untuk menjalani karir sebagai pelatih. Ia pernah menjadi pelatih timnas Rumania pada tahun 2001, namun hanya bertahan selama 6 bulan. Ia dipecat setelah gagal meloloskan Rumania ke Piala Dunia 2002. Kini ia menjadi pelatih Galatasaray setelah menggantikan Frank Rijkaaard yang dipecat Oktober 2010.

sumber: kompas, wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar